Senin, 08 Maret 2010

Repons Century SBY Terlambat ?

Orang ramai mengatakan respons SBY terhadap kasus Century terlambat, harusnya pidato/pernyataan tersebut dilakukan sebelum pansus, tentu tidak akan kisruh semacam ini terjadi. Tapi sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya pendukung SBY-Budiono (60 % suara pada Pilpres) berpendapat lain:

SBY sebagai 'demokrat sejati' ingin mengetahui dan menakar kapabilitas, kejujuran dan etika politik pansus angket Century khususnya dan institusi DPR umumnya dalam mendiskusikan dan menganalisa kasus terkait dana talangan (bailed out) Century sebesar 6.7 triliun rupiah, yang telah dilakukan oleh KSSK pada saat krisis ekonomi global berkecamuk (2008-2009). Menurut KSSK yang terdiri dari Menkeu dan Gubernur BI, berdasarkan pertimbangan yang profesional dan matang didukung data-data ekonomi keuangan yang memprihatinkan pada waktu itu, diperlukan penyelamatan Bank Century. Karena bila tidak, akan terjadi dampak sistemik berupa krisis ekonomi-keuangan seperti di tahun 1997-1998 y.l. Hal tersebut telah disetujui pemerintah dan silahkan ditelesuri pansus dengan terbuka dan tuntas, terutama terkait dana yang diisukan semula mengalir ke partai politik dan tim sukses pilpres tertentu.
Pansus dalam sidang-sidangnya yang penuh perdebatan (kusir !) antara 9 fraksi partai terwakili, kadang seperti mau adu jotos, kemudian berbias fokus terutama kearah 'kebijaksanaan 'bailed out' daripada ke penelusuran aliran dana. Dapat dimengerti karena oposisi dan koalisi mempunyai "vested interrest" bersamaan sasaran ! Mereka berhasil membantah kebijaksanaan Pemerintah tersebut diatas.

Pemerintah dan masyarakat banyak dapat menakar dan menilai dari panggung persidangan pansus tersebut tentang kejujuran, etika dan kapabilitas politik dari masing-masing fraksi partai. Partai Pemerintah(Demokrat), partai-partai koalisi (Golkar, PKS, PAN, PPP, PKB ?) dan partai oposisi(PDIP, Gerindra, Hanura). Ini berlanjut dengan Sidang Paripurna DPR yang masih seperti Taman Kanak-kanak(Gus Dur) dengan adu jotos segala, memalukan sekali !

Kesemuanya dapat digelar dan dapat ditonton oleh kebanyakan Rakyat Indonesia dengan gratis, berkat SBY yang tidak spontan reaktip terhadap masalah yang dihadapinya...

Jumat, 26 Februari 2010

KOALISI : KENAPA RAPUH ?

Sejak awal, rakyat awam menilai, bahwa gairah berkoalisi dari partai-partai hanyalah untuk kepentingan porsi dan korsi. Setelah pemilu legislatip,Partai Demokrat paling diminati dengan pencapaian suara tertinggi yaitu 20.85 %. Ditambah sebelum Pilpres partai tersebut sengaja tidak menyebutkan calon pendamping SBY dengan segera. Maka mulailah partai-partai dengan suara di Legislatip kurang dari 10 % berlomba mengincar kedudukan RI-2 itu dengan berbagai dalih koalisi. Terutama PKS (7.88%), PAN(6.01%) dan Golkar meskipun suara yang didapat 14.45 % lebih dari PDIP 14.03 %, tapi karena karakter yang oportunistis dan selalu bercokol di pemerintahan, tidak berani berkiprah sendiri. Salut kepada PDIP, Gerindra dan Hanura yang memilih jadi kelompok oposisi !

Ternyata Partai Demokrat dan SBY bersikukuh memilih Budiono sebagai pendampingnya sebagai calon RI-2, seorang professional dengan gelar Prof. Doktor Ekonomi yang lugu tidak banyak bicara, jujur, 'low profile' dan tidak berpartai...Inilah yang mengecewakan tokoh-tokoh partai yang sedang berlomba dan sangat ambisius itu ! Mereka merasa kecele banget dan bertanya dalam hati mereka, kenapa SBY memilih Budiono yang demikian itu secara konsisten.

Ternyata pula Pilpres telah berlangsung dengan pilhan rakyat terbanyak pada pasangan SBY-Budiono (61%) itu !!!

Meskipun telah diberi kursi di kabinet SBY-Budiono jilid-2 dengan memadai, Golkar dan PKS masih punya unek-unek mengembangkan pertanyaan diatas disertai su'udhon politik, jangan-jangan karena Budiono sebagai Gubernur BI waktu itu, telah berjasa mengucurkan aliran dana ke Partai Demokrat cq Tim Sukses pasangan SBY-Budiono. Hal tersebut tentu saja didukung sepenuhnya oleh kelompok oposisi yang memang masih belum puas terhadap hasil Pilpres yang telah berlalu. Karena dengan meng'underdog' Budiono' peluang RI-2 terbuka kembali untuk koalisi sedang wajar saja bila kelompok oposisi bila bertujuan utama 'impeachment' SBY-Budiono secara utuh...
Di DPR mereka mengusulkan dibentuknya Pansus Hak Angket yang akan menelusuri kemungkinan adanya aliran dana siluman tersebut berdasarkan audit Bank Indonesia oleh BPK. Penugasan audit BPK yang lebih rinci, menampilkan kasus Bank Century yang kemudian dibuat mencuat ke permukaan sebagai Bank yang telah di 'bailed out' Pemerintah dengan dana yang semula menurut perkiraan KSSK sebesar 692 milyar, tapi konon dalam beberapa hari pelaksanaannya oleh LPS menjadi sebesar 6.7 Triliun!

Kebijakan 'bailed out' KSSK (Menkeu dan Gubernur BI) pada saat krisis ekonomi global berkecamuk saat itu, berdasarkan pertimbangan yang mantap dan matang berkesimpulan akan adanya dampak yang haqqul yakin berdampak sistemik terhadap Ekonomi Indonesia. Presiden sebelum berdinas keluar negeri,secara khusus berpesan kepada KSSK : Jaga stabilitas ekonomi, jangan terjadi krisis ekonomi seperti 1997-98.
Tapi kalau ternyata ada penyimpangan dalam pelaksanaannya perlu untuk ditelesuri dengan cermat karena kita sudah sama-sama mengetahui adanya pemeo bahwa "BI adalah Sarang Penyamun".
Penelusuran pansus ternyata condong kesegi pelanggaran undang-undang dan ketentuan hukum perbankan, daripada ke aliran dana karena memang 9.7 triliun hanyalah kecil dibandingkan dengan kerugian karena BLBI yang lebih dari 600 triliun dimasa Golkar dan PDIP berkuasa (Sic!)

Pada akhir kerja Pansus ternyata tidak ada aliran dana ke Partai Demokrat dan atau ke Tim Sukses SBY-Budiono, malahan sebaliknya ada ketersangkutan dana kepada PDI-P dan PKS yang perlu diteliti kebenarannya. Tapi sesuai 'target' semula, mereka PDI-P, Golkar, PKS dan Hanura tetap mencantumkan nama Budiono dan Sri Mulyani yang diduga bersalah menentukan kebijakan 'bailed out'.
Kalau mengenai kebijakan, yang paling mengetahui dan bertanggung jawab pada saat berkecamuknya krisis global memang adalah Dr Sri Mulyani dan Prof Dr. Budiono sebab mereka pemegang amanah agar supaya Indonesia tidak mengalami dampak ekonomi seperti di tahun 1997-98, dan berhasil dengan baik !
Karena keberhasilan mereka, SBY bersikukuh mencalonkan Budiono sebagai RI-2 dan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan di jilid-2 Pemerintagannya !

Kesimpulan :
  1. Koalisi rapuh karena dasarnya hanya mencari porsi dan korsi.
  2. Perlu dipertimbangkan mengganti anggota koalisi yang oportunis seperti Golkar dan PKS dengan partai yang visi dan misinya jauh kedepan, yang mementingkan kepentingan kejahteraan rakyat
  3. Melihat sepak terjang selama kampanye dengan program yang mementingkan kesejahteraan rakyat tersebut, PDI-P dan Gerindera perlu diajak berkoalisi
  4. Bersama PDI-P dan Gerindera diharapkan tuduhan neoliberalisme pemerintah disegala bidang sekarang ini dapat berubah menjadi pro-rakyat
  5. Perimbangan suara sekarang dengan Golkar & PKS :Koalisi (59.48) dan Oposisi (22.26)
  6. Perimbangan suara dengan PDI-P dan Gerindera :Koalisi (55.61) dan Oposisi (26.10)

Rabu, 03 Februari 2010

LURUSKAN ARAH REFORMASI !

Baru terbentuk 2 hari sudah ada celoteh dari publik bahwa pemrakarsa Nasional Demokrat adalah orang-orang terpinggirkan kebanyakan dari partai politik tertentu dan orang-orang vokal yang hobinya mengkritisi pemerintah. Biarkan celoteh itu, kami harapkan selanjutnya ND menyambut semua komponen bangsa yang telah mempunyai kesadaran untuk meluruskan arah reformasi yang selama perjalanannya melenceng jauh dari yang dicita-citakan rakyat semula.

Pertama-tama dan yang terutama harus dilakukan adalah meredam euphoria yang telah melanda bangsa kita secara kebablasan ! Euphoria telah mempengaruhi hampir setiap hati individu bangsa mulai dari rakyat biasa, politisi dan mereka yang menamakan diri elit politik, para pejabat dari institusi pemerintahan dan swasta secara keseluruhan tanpa kecuali. Masing-masing kita menjadi sangat egois, rakus, mementingkan diri sendiri atau kelompok diatas kepentingan bangsa dan negara secara utuh. Bangsa Indonesia yang dulu terkenal peramah dan murah senyum, penuh toleransi dan suka bergotong royong. Kini menjadi bangsa yang berkesan kejam suka konflik dan tawuran, acuh satu sama lainnya.
Untuk meredam euphoria yang berdampak negatip seperti tersebut diatas ND hendaknya dapat menghimpun para pendidik budi pekerti, psikolog dan psikiater, sosiolog dan anthropolog, alim ulama atau pemuka agama dan lain-lain untuk berkiprah memperbaiki moral dan mental bangsa yang telah mengalami kebobrokan dan sakit, menuju kembali ke jati diri bangsa yang asli.

Dengan telah teredamnya euphoria dan terwujudnya kembali karakter bangsa, bidang-bidang poleksoshuk (politik, ekonomi, sosial, hukum dan kebudayaan) yang sekarang terlanjur bersifat liberal menuju masyarakat yang kapitalistis imperialistis konsumtip yang sangat merugikan rakyat dapat diluruskan kembali menuju kemakmuran dan keadilan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat ! ND diharapkan dapat mengubah 'democrazy' menjadi demokrasi yang beretika dan penuh tanggung jawab. Kurangi demonstrasi, rakyat sudah jenuh dan bosan melihatnya ! Ekonomi rakyat yang mandiri dan proteksi terhadap perdagangan bebas bagi potensi dalam negeri yang belum mampu bersaing, cegah komersialisasi bidang pendidikan dan kesehatan, persempit jurang kesenggangan sosial antara kaya dan miskin dan kurangi budaya asing yang berdampak negatip terhadap remaja dan generasi penerus. Dan last but not least berantas korupsi dan narkoba !

Selasa, 23 September 2008

Urgen Terkini Bagi Rakyat

Terdorong situasi politik akhir-akhir ini terutama yang terjadi di pemerintahan SBY periode II terutama kasus kriminalisasi KPK, Century Gate, Gerakan Januari 28, 2010 dan terakhir munculnya Ormas Nasional Demokrat tanggal 02 Pebruari 2010. Kesemuanya memerlukan energi Pemerintah sehingga tidak bisa fokus pada progam utama 100 hari, meletakan dasar kinerja pebangunan selanjutnya bagi peningkatan kesejahteraan rakyat lima tahun mendatang.

Terlepas Nasional Demokrat termasuk ormas atau 'onderbouw' partai mana, rakyat banyak mengharapkan supaya ormas ini pertama-tama dapat meluruskan arah reformasi yang dirasakan salah kaprah terutama yang telah menjadikan demokrasi menjadi 'democrazy' yang setiap hari selalu ada berbagai demo dengan anarki berdampak kericuhan. Rakyat sudah jemu bahkan merasa muak melihat dan mendengarnya, karena sudah lebih dari 10 tahun disuguhi yang begitu terus. Hasil bagi kepentingan rakyat nihil atau nol besar ! Demokrasi Liberal tidak cocok dengan mental rakyat Indonesia yang kebanyakan masih dipengaruhi oleh euphoria.
Nasional Demokrat diharapkan dapat mengubah Ekonomi Liberal yang sifatnya kapitalistik menjadi Ekonomi Kerakyatan yang menguntungkan rakyat. Terutama jangan ada komersialisasi dibidang pendidikan dan kesehatan seperti terjadi sekarang, sehingga tidak terjangkau rakyat !

Sabtu, 07 Juni 2008

Inna Lillaahi wa Inna IIlaihi Rojiun

Beberapa minggu penulisan blog tersendat karena situasi cemas bercampur prihatin melihat cucunda termuda Naja, umur 22 bulan, yang konon diperkirakan demam berdarah (db) sehingga harus diopname dirumah sakit 'Mitra Keluarga' Kelapa Gading. Mencemaskan karena setelah diopname 12 hari, trombositnya turun terus dari 46 000 waktu masuk rs menjadi 14 000. Sedang siklusnya, menurut orang, kalau itu betul penyakit db setelah 7-8 hari turun, trombosit naik kembali menuju kondisi normal 100-150 000.

Timbul keraguan pada keluarga kami tentang analisa trombosit yang dilakukan lab rs setempat. Waktu minta dicek oleh lab independen lain yaitu 'Prodia', terjadi perbedaan analisa yang sangat menyolok yaitu lab rs 17 000 sedang Prodia 31 000. Perbedaan 14 000 !
Selang 2 hari dianalisa lagi, lab rs 14 000 dan lab Prodia 17 000 jadi perbedaan 3 000 ! Kenapa perbedaan analisa kedua lab begitu besar, sehingga kami tidak percaya dan timbul suudhon bahwa dijaman edan ini pelayanan medis seperti analisa lab khususnya trombosit juga dimanipulasi hanya untuk memperpanjang opname ?!
Sedang kondisi mental dan psikis anak sudah begitu 'down' karena trauma disebabkan harus ditusuk kadang 2-3 kali (urat darah balita masih susah dicari !) per hari, diambil darah untuk analisa yang 'dimanipulasi' tersebut. Kata Dokter akhli darah yang kemudian dimintakan konsultasinya, trombosit yang terus turun disebabkan 'kemungkinan' penyakit yang diidap adalah leukomia genetik. Untuk membuktikannya harus diambil sampel sumsum dari kaki.
Semua keluarga kami tidak setuju karena kondisi anak yang sudah begitu lemah seperti dikatakan diatas, dengan kaki sepertinya tidak dapat lagi berjalan, karena infus selama 12 hari terus menerus. Karena bagian perut dibwah dada kembung dan keras, meskipun menurut USG tidak ada apa-apa, kecenderungan kami disitulah penyebab turunnya trombosit

Pada kondisi trombosit 15 000 kami keluar dari rs yang katanya 'the best in town' tersebut, dan selang 2 hari dirumah, kami pergi ke Yogya untuk berobat pada akhli pijit anatomi yang berpengalaman menyembuhkan cucu sepupu yang mengidap penyakit yang hampir bersamaan.

Tapi ALLOH telah menentukan lain, 2 x pijit dan setelah mengalami 2 hari sehat dan ceria seperti biasanya diwaktu sehat, Naja mengalami buang air besar terus menerus disertai dengan suhu badan yang tinggi badannya sangat lemah. Akhirnya hari Minggu tanggal 25 Mei 2008 jam 5 sore, Naja telah berpulang ke Rochmatulloh menghadap Yang Cholik, Innalillahi wa Inna Lillahi Rojiun. Selamat Jalan Cucunda Termuda....

Minggu, 20 April 2008

Rakyat, Pandai Pandai Memilih !

Berkat liberalisme politik di 'era reformasi', hampir setiap akhir periode jabatan anggota DPR/MPR dan presiden/wakil presiden, menjamurlah pembentukan beragam partai baru. Untuk mendapatkan simpati dan pendukung, kebanyakan dari partai mengatasnamakan dan bertujuan membela dan menyejahterakan 'rakyat'.
Tapi kalau kita telusuri, pendirinya terdiri dari orang-orang yang sudah rakyat ketahui sepak terjang dan keberpihakannya. Mereka hanyalah orang-orang oportunis, pencari kesempatan, yang hanya akan mementingkan kelompoknya sendiri.

Sebagai contoh asal partainya sama, 'partai golkar', tapi personifikasi yang tidak kebagian porsi atau dipeti-eskan mendirikan partai baru 'partai hati nurani rakyat' dan akhir-akhir ini 'partai kerakyatan nasional'. Rakyat rata-rata sudah tahu siapa Wiranto dan siapa Harmoko.

Ada juga partai berkepemimpinan ganda karena personifikasi pimpinan sangat berambisi, lalu berebutan korsi dan porsi. Seperti sedang terjadi di 'partai kebangkitan bangsa' antara Gus Dur yang masih berambisi ikut pilpres dan Muhaimin sang keponakan yang sudah berpikiran maju.
Bukanlah Gus Dur kalau tidak ceplas-ceplos, yang mengatakan dengan enaknya bahwa Muhaimin hanya diperalat. Waktu ditanya diperalat oleh siapa ? Dia menjawab "oleh SBY...!" Jadi bagaimana kalau dia jadi presiden lagi ? Akan lebih heboh dari dulu, bukan ? Karena sekarang rakyat akan lebih pusing memperhatikan dia sambil harus ngantri sembako dan minyak !

Pilkada dibeberapa tempat seperti Makassar dan Malut ricuh karena ambisi pasangan calon , dari Golkar, telah mengalahkan rasa sportivitas dan toleransi. Pilkada Jabar dan Sumut patut diacungi jempol. Kedua daerah membuktikan bahwa Golkar tidak harus selalu menang seperti di waktu-waktu dulu.
Melihat kemenangan PKS dibeberapa pilkada, timbul isu Golkar ingin berkolaborasi dengan PKS di pemilu 2009 mendatang. Bapak Nurwahid telah dengan bijaksana menghindari isu tersebut.

Senin, 14 April 2008

Pilkada Pertama Jabar

Tanggal 13 April 2008, telah berlangsung Pilkada Pertama di Jabar dengan 3 pasang calon gubernur/wakil gubernur masing-masing : no.1 dengan singkatan nama Dai yang didukung oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat, no. 2 dengan singkatan nama Aman yang didukung oleh PDI-Perjuangan , P3, PKB dan partai agama lain sedang no. 3 singkatan nama Hade yang didukung oleh PKS dan PAN.

Hasil 'quick count' dari 5 lembaga survey beberapa jam setelah pencoblosan selesai, yaitu setelah jam 1 siang, menunjukan bahwa no. 3 Hade sementara unggul mencapai suara 40 %, no. 2 Aman meraih 35 % dan no.1 Dai harus puas dengan pengumpulan suara 25%.

Seperti diketahui dari jumlah penduduk Jabar sekitar 49.5 juta orang, yang berhak memilih seharusnya sekitar 28 juta orang. Tapi ternyata dengan berbagai sebab dan alasan ada 30-35% yang telah tidak ikut mencoblos yaitu sekitar 9 juta orang ! Data yang akurat mengenai ini akan didapat dari perhitungan akhir secara manual nanti.

Meskipun hasil resmi akan berdasarkan perhitungan suara secara manual dan baru akan diumumkan secepatnya tanggal 2o April 2008 yad, hasil 'quick count' dianggap sudah signifikan dan diharapkan tidak akan berkisar jauh.

Dari hasil raihan suara 'sementara' sangat menarik untuk disimak hal-hal sebagai berikut :
  • No.1 Dai yang semula diunggulkan karena calon adalah penguasa yang masih aktip dan mantan pangdam Siliwangi, didukung pula oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat yang sekarang pendukung utama Pemerintah, ternyata hanya memperoleh suara terendah yakni 25 %. Dapat dimengerti karena rakyat sekarang betul-betul sedang merasakan ketidak mampuan pemerintah dalam segala hal terutama penyediaan keperluan sehari-hari seperti sembako sampai tahu tempe mahal harganya, minyak goreng dan bahan bakar harus antre seperti di jaman Jepang, demikian pula pupuk untuk bertani. Yang dilakukan Pemerintah dengan gencar, justru penggusuran pkl dan pengusiran secara tidak manusiawi dan perlakuan ketidak adilan lainnya terhadap masyarakat kecil. Jadi pilihan rakyat sekarang sudah rasional obyektip tidak silau karena calon penguasa yang masih aktip atau mantan jenderal yang didukung oleh partai pohon beringin. Mudah-mudahan pada pilpres 2009 mendatang pilihan obyektip seperti ini tetap dilakukan, tidak tergiur pada imil-imil sesaat berupa pemberian dan hadiah.
  • No. 2 Aman yang didukung PDI Perjuangan dan Partai Agama, sesuai dengan nama dan sifatnya yang selalu mencari ' aman', opotunistis sebagai 'middle of the roaders' dapat suara 35%. Jadi untuk pilpres 2009 sebaiknya PDI Perjuangan tidak usah berkolaborasi dengan partai golkar yang sedang 'letoy' atau dengan partai kroni Suharto lainnya!.
  • Ini yang semula dianggap 'anak bawang' karena berusia muda, ternyata melejit meraih suara 40 %. Tapi janji mengratiskan pendidikan sd/smp/sma dan penampungan 1 juta tenaga kerja , pelaksanaannya sangat berat. Oleh karena itu tidak usah 'ujub' melakukan kontrak politik 3 tahun kemudian mengundurkan diri apalagi berhenti sebelum periode jabatan berakhir, bila tidak terlaksana. Yang pasti harus berorientasi ke ekonomi rakyat, mengembangkan ukm yang telah terbukti handal dan dapat bertahan menghadapi krisis ekonomi yang parah selama ini. Yang pasti rencananya harus praktis terukur dan terjangkau, jelas transparan akan menyejahterakan dan menguntungkan semua pihak. Sosialisasinya sedemikian rupa sehingga mau tidak mau semua partai dan segenap komponen masyarakat akan menyetujui dan mendukung. Mudah-mudahan sukses...!