Senin, 31 Maret 2008

Tayangan Televisi

1.Di era reformasi ini semua media komunikasi telah sepenuhnya mengikuti 'liberalisme' , bebas menyiarkan segala berita tanpa adanya rambu-rambu atau ancaman pemberedelan / pencabutan SIT seperti di era sebelumnya. Kesemuanya hanya menambah hingar-bingar suasana dikalangan masyarakat, karena sifatnya kebanyakan bersifat 'mengompori' kekecewaan dan keresahan berhubung berbagai keterpurukan yang sedang terjadi. Dan itu jelas berdampak menambah stres dan frustasi setiap pembaca media cetak, pemirsa televisi dan pendengar berita di radio !

Bila kita perhatikan suatu penayangan televisi, orang Indonesia umumnya sangat senang sekali bila dia terkena sorotan kamera meskipun tanpa sengaja, sehingga sosok tubuhnya dan atau rupa wajahnya terlihat dalam tayangan. Sehingga sering kita lihat orang-orang tersebut 'salting' cengar-cengir tidak keruan dibelakang objek yang disorot !
Jadi, apalagi kalau dia sengaja disorot akan sangat bangga sekali ! Sifat umumnya orang Indonesia yang beginilah, yang menjadikan tayangan televisi akhir-akhir ini semakin heboh. Mereka bangga kalau terlihat di tv sedang berdemo meskipun sifatnya anarkis dan kriminal dan terjadi berkelanjutan saling merusak, seperti antara polisi dan mahasiswa di kota Kendari ahir-akhir ini. Mereka bangga kalau terlihat sedang tawuran dengan lempar-lemparan batu dijalan mengganggu ketertiban lalu- lintas, padahal hakikat tawuran/keroyokan merupakan sifat pengecut tidak berani satu lawan satu!
Mereka bangga kalau terlihat sedang perang suku seperti di Papua, sehingga kelihatan lebih seru. Padahal dulu, selama saya 7 tahun bermukim disitu karena diacuhkan tanpa masuk tv, perang suku tersebut jarang terjadi.

2. Pada tanggal 31 Maret 2008, Trans-7 setelah berita sore menayangkan tentang 'adanya presiden RI ke-2' (?) yang tidak tersebut dalam sejarah yaitu sosok Mr Assaat pada waktu RIS (Republiki Indonesia Serikat) ditahun 1949-1950. Memang waktu RIS yang hanya merupakan 'win-win solution' antara Pemerintah RI dan Pemerintah Belanda, hasil Konperensi Meja Bundar, pemerintah RI menunjuk Ketua KNIP Mr Assaat sebagai 'care taker'. Sebelumnya, sama halnya pada waktu Pemerintahan Darurat RI ditunjuk Mr Syafrudin Prawiranegara sebaga 'care taker'. Jadi secara yuridis Bung Karno masih Presiden RI.
Mudah-mudahan berita Trans-7 tentang Mr Assaat sebagai Presiden RI ke-2 hanya merupakan 'April-Mop' saja

Tidak ada komentar: