Selasa, 23 September 2008

Urgen Terkini Bagi Rakyat

Terdorong situasi politik akhir-akhir ini terutama yang terjadi di pemerintahan SBY periode II terutama kasus kriminalisasi KPK, Century Gate, Gerakan Januari 28, 2010 dan terakhir munculnya Ormas Nasional Demokrat tanggal 02 Pebruari 2010. Kesemuanya memerlukan energi Pemerintah sehingga tidak bisa fokus pada progam utama 100 hari, meletakan dasar kinerja pebangunan selanjutnya bagi peningkatan kesejahteraan rakyat lima tahun mendatang.

Terlepas Nasional Demokrat termasuk ormas atau 'onderbouw' partai mana, rakyat banyak mengharapkan supaya ormas ini pertama-tama dapat meluruskan arah reformasi yang dirasakan salah kaprah terutama yang telah menjadikan demokrasi menjadi 'democrazy' yang setiap hari selalu ada berbagai demo dengan anarki berdampak kericuhan. Rakyat sudah jemu bahkan merasa muak melihat dan mendengarnya, karena sudah lebih dari 10 tahun disuguhi yang begitu terus. Hasil bagi kepentingan rakyat nihil atau nol besar ! Demokrasi Liberal tidak cocok dengan mental rakyat Indonesia yang kebanyakan masih dipengaruhi oleh euphoria.
Nasional Demokrat diharapkan dapat mengubah Ekonomi Liberal yang sifatnya kapitalistik menjadi Ekonomi Kerakyatan yang menguntungkan rakyat. Terutama jangan ada komersialisasi dibidang pendidikan dan kesehatan seperti terjadi sekarang, sehingga tidak terjangkau rakyat !

Sabtu, 07 Juni 2008

Inna Lillaahi wa Inna IIlaihi Rojiun

Beberapa minggu penulisan blog tersendat karena situasi cemas bercampur prihatin melihat cucunda termuda Naja, umur 22 bulan, yang konon diperkirakan demam berdarah (db) sehingga harus diopname dirumah sakit 'Mitra Keluarga' Kelapa Gading. Mencemaskan karena setelah diopname 12 hari, trombositnya turun terus dari 46 000 waktu masuk rs menjadi 14 000. Sedang siklusnya, menurut orang, kalau itu betul penyakit db setelah 7-8 hari turun, trombosit naik kembali menuju kondisi normal 100-150 000.

Timbul keraguan pada keluarga kami tentang analisa trombosit yang dilakukan lab rs setempat. Waktu minta dicek oleh lab independen lain yaitu 'Prodia', terjadi perbedaan analisa yang sangat menyolok yaitu lab rs 17 000 sedang Prodia 31 000. Perbedaan 14 000 !
Selang 2 hari dianalisa lagi, lab rs 14 000 dan lab Prodia 17 000 jadi perbedaan 3 000 ! Kenapa perbedaan analisa kedua lab begitu besar, sehingga kami tidak percaya dan timbul suudhon bahwa dijaman edan ini pelayanan medis seperti analisa lab khususnya trombosit juga dimanipulasi hanya untuk memperpanjang opname ?!
Sedang kondisi mental dan psikis anak sudah begitu 'down' karena trauma disebabkan harus ditusuk kadang 2-3 kali (urat darah balita masih susah dicari !) per hari, diambil darah untuk analisa yang 'dimanipulasi' tersebut. Kata Dokter akhli darah yang kemudian dimintakan konsultasinya, trombosit yang terus turun disebabkan 'kemungkinan' penyakit yang diidap adalah leukomia genetik. Untuk membuktikannya harus diambil sampel sumsum dari kaki.
Semua keluarga kami tidak setuju karena kondisi anak yang sudah begitu lemah seperti dikatakan diatas, dengan kaki sepertinya tidak dapat lagi berjalan, karena infus selama 12 hari terus menerus. Karena bagian perut dibwah dada kembung dan keras, meskipun menurut USG tidak ada apa-apa, kecenderungan kami disitulah penyebab turunnya trombosit

Pada kondisi trombosit 15 000 kami keluar dari rs yang katanya 'the best in town' tersebut, dan selang 2 hari dirumah, kami pergi ke Yogya untuk berobat pada akhli pijit anatomi yang berpengalaman menyembuhkan cucu sepupu yang mengidap penyakit yang hampir bersamaan.

Tapi ALLOH telah menentukan lain, 2 x pijit dan setelah mengalami 2 hari sehat dan ceria seperti biasanya diwaktu sehat, Naja mengalami buang air besar terus menerus disertai dengan suhu badan yang tinggi badannya sangat lemah. Akhirnya hari Minggu tanggal 25 Mei 2008 jam 5 sore, Naja telah berpulang ke Rochmatulloh menghadap Yang Cholik, Innalillahi wa Inna Lillahi Rojiun. Selamat Jalan Cucunda Termuda....

Minggu, 20 April 2008

Rakyat, Pandai Pandai Memilih !

Berkat liberalisme politik di 'era reformasi', hampir setiap akhir periode jabatan anggota DPR/MPR dan presiden/wakil presiden, menjamurlah pembentukan beragam partai baru. Untuk mendapatkan simpati dan pendukung, kebanyakan dari partai mengatasnamakan dan bertujuan membela dan menyejahterakan 'rakyat'.
Tapi kalau kita telusuri, pendirinya terdiri dari orang-orang yang sudah rakyat ketahui sepak terjang dan keberpihakannya. Mereka hanyalah orang-orang oportunis, pencari kesempatan, yang hanya akan mementingkan kelompoknya sendiri.

Sebagai contoh asal partainya sama, 'partai golkar', tapi personifikasi yang tidak kebagian porsi atau dipeti-eskan mendirikan partai baru 'partai hati nurani rakyat' dan akhir-akhir ini 'partai kerakyatan nasional'. Rakyat rata-rata sudah tahu siapa Wiranto dan siapa Harmoko.

Ada juga partai berkepemimpinan ganda karena personifikasi pimpinan sangat berambisi, lalu berebutan korsi dan porsi. Seperti sedang terjadi di 'partai kebangkitan bangsa' antara Gus Dur yang masih berambisi ikut pilpres dan Muhaimin sang keponakan yang sudah berpikiran maju.
Bukanlah Gus Dur kalau tidak ceplas-ceplos, yang mengatakan dengan enaknya bahwa Muhaimin hanya diperalat. Waktu ditanya diperalat oleh siapa ? Dia menjawab "oleh SBY...!" Jadi bagaimana kalau dia jadi presiden lagi ? Akan lebih heboh dari dulu, bukan ? Karena sekarang rakyat akan lebih pusing memperhatikan dia sambil harus ngantri sembako dan minyak !

Pilkada dibeberapa tempat seperti Makassar dan Malut ricuh karena ambisi pasangan calon , dari Golkar, telah mengalahkan rasa sportivitas dan toleransi. Pilkada Jabar dan Sumut patut diacungi jempol. Kedua daerah membuktikan bahwa Golkar tidak harus selalu menang seperti di waktu-waktu dulu.
Melihat kemenangan PKS dibeberapa pilkada, timbul isu Golkar ingin berkolaborasi dengan PKS di pemilu 2009 mendatang. Bapak Nurwahid telah dengan bijaksana menghindari isu tersebut.

Senin, 14 April 2008

Pilkada Pertama Jabar

Tanggal 13 April 2008, telah berlangsung Pilkada Pertama di Jabar dengan 3 pasang calon gubernur/wakil gubernur masing-masing : no.1 dengan singkatan nama Dai yang didukung oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat, no. 2 dengan singkatan nama Aman yang didukung oleh PDI-Perjuangan , P3, PKB dan partai agama lain sedang no. 3 singkatan nama Hade yang didukung oleh PKS dan PAN.

Hasil 'quick count' dari 5 lembaga survey beberapa jam setelah pencoblosan selesai, yaitu setelah jam 1 siang, menunjukan bahwa no. 3 Hade sementara unggul mencapai suara 40 %, no. 2 Aman meraih 35 % dan no.1 Dai harus puas dengan pengumpulan suara 25%.

Seperti diketahui dari jumlah penduduk Jabar sekitar 49.5 juta orang, yang berhak memilih seharusnya sekitar 28 juta orang. Tapi ternyata dengan berbagai sebab dan alasan ada 30-35% yang telah tidak ikut mencoblos yaitu sekitar 9 juta orang ! Data yang akurat mengenai ini akan didapat dari perhitungan akhir secara manual nanti.

Meskipun hasil resmi akan berdasarkan perhitungan suara secara manual dan baru akan diumumkan secepatnya tanggal 2o April 2008 yad, hasil 'quick count' dianggap sudah signifikan dan diharapkan tidak akan berkisar jauh.

Dari hasil raihan suara 'sementara' sangat menarik untuk disimak hal-hal sebagai berikut :
  • No.1 Dai yang semula diunggulkan karena calon adalah penguasa yang masih aktip dan mantan pangdam Siliwangi, didukung pula oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat yang sekarang pendukung utama Pemerintah, ternyata hanya memperoleh suara terendah yakni 25 %. Dapat dimengerti karena rakyat sekarang betul-betul sedang merasakan ketidak mampuan pemerintah dalam segala hal terutama penyediaan keperluan sehari-hari seperti sembako sampai tahu tempe mahal harganya, minyak goreng dan bahan bakar harus antre seperti di jaman Jepang, demikian pula pupuk untuk bertani. Yang dilakukan Pemerintah dengan gencar, justru penggusuran pkl dan pengusiran secara tidak manusiawi dan perlakuan ketidak adilan lainnya terhadap masyarakat kecil. Jadi pilihan rakyat sekarang sudah rasional obyektip tidak silau karena calon penguasa yang masih aktip atau mantan jenderal yang didukung oleh partai pohon beringin. Mudah-mudahan pada pilpres 2009 mendatang pilihan obyektip seperti ini tetap dilakukan, tidak tergiur pada imil-imil sesaat berupa pemberian dan hadiah.
  • No. 2 Aman yang didukung PDI Perjuangan dan Partai Agama, sesuai dengan nama dan sifatnya yang selalu mencari ' aman', opotunistis sebagai 'middle of the roaders' dapat suara 35%. Jadi untuk pilpres 2009 sebaiknya PDI Perjuangan tidak usah berkolaborasi dengan partai golkar yang sedang 'letoy' atau dengan partai kroni Suharto lainnya!.
  • Ini yang semula dianggap 'anak bawang' karena berusia muda, ternyata melejit meraih suara 40 %. Tapi janji mengratiskan pendidikan sd/smp/sma dan penampungan 1 juta tenaga kerja , pelaksanaannya sangat berat. Oleh karena itu tidak usah 'ujub' melakukan kontrak politik 3 tahun kemudian mengundurkan diri apalagi berhenti sebelum periode jabatan berakhir, bila tidak terlaksana. Yang pasti harus berorientasi ke ekonomi rakyat, mengembangkan ukm yang telah terbukti handal dan dapat bertahan menghadapi krisis ekonomi yang parah selama ini. Yang pasti rencananya harus praktis terukur dan terjangkau, jelas transparan akan menyejahterakan dan menguntungkan semua pihak. Sosialisasinya sedemikian rupa sehingga mau tidak mau semua partai dan segenap komponen masyarakat akan menyetujui dan mendukung. Mudah-mudahan sukses...!

Senin, 31 Maret 2008

Tayangan Televisi

1.Di era reformasi ini semua media komunikasi telah sepenuhnya mengikuti 'liberalisme' , bebas menyiarkan segala berita tanpa adanya rambu-rambu atau ancaman pemberedelan / pencabutan SIT seperti di era sebelumnya. Kesemuanya hanya menambah hingar-bingar suasana dikalangan masyarakat, karena sifatnya kebanyakan bersifat 'mengompori' kekecewaan dan keresahan berhubung berbagai keterpurukan yang sedang terjadi. Dan itu jelas berdampak menambah stres dan frustasi setiap pembaca media cetak, pemirsa televisi dan pendengar berita di radio !

Bila kita perhatikan suatu penayangan televisi, orang Indonesia umumnya sangat senang sekali bila dia terkena sorotan kamera meskipun tanpa sengaja, sehingga sosok tubuhnya dan atau rupa wajahnya terlihat dalam tayangan. Sehingga sering kita lihat orang-orang tersebut 'salting' cengar-cengir tidak keruan dibelakang objek yang disorot !
Jadi, apalagi kalau dia sengaja disorot akan sangat bangga sekali ! Sifat umumnya orang Indonesia yang beginilah, yang menjadikan tayangan televisi akhir-akhir ini semakin heboh. Mereka bangga kalau terlihat di tv sedang berdemo meskipun sifatnya anarkis dan kriminal dan terjadi berkelanjutan saling merusak, seperti antara polisi dan mahasiswa di kota Kendari ahir-akhir ini. Mereka bangga kalau terlihat sedang tawuran dengan lempar-lemparan batu dijalan mengganggu ketertiban lalu- lintas, padahal hakikat tawuran/keroyokan merupakan sifat pengecut tidak berani satu lawan satu!
Mereka bangga kalau terlihat sedang perang suku seperti di Papua, sehingga kelihatan lebih seru. Padahal dulu, selama saya 7 tahun bermukim disitu karena diacuhkan tanpa masuk tv, perang suku tersebut jarang terjadi.

2. Pada tanggal 31 Maret 2008, Trans-7 setelah berita sore menayangkan tentang 'adanya presiden RI ke-2' (?) yang tidak tersebut dalam sejarah yaitu sosok Mr Assaat pada waktu RIS (Republiki Indonesia Serikat) ditahun 1949-1950. Memang waktu RIS yang hanya merupakan 'win-win solution' antara Pemerintah RI dan Pemerintah Belanda, hasil Konperensi Meja Bundar, pemerintah RI menunjuk Ketua KNIP Mr Assaat sebagai 'care taker'. Sebelumnya, sama halnya pada waktu Pemerintahan Darurat RI ditunjuk Mr Syafrudin Prawiranegara sebaga 'care taker'. Jadi secara yuridis Bung Karno masih Presiden RI.
Mudah-mudahan berita Trans-7 tentang Mr Assaat sebagai Presiden RI ke-2 hanya merupakan 'April-Mop' saja

Selasa, 25 Maret 2008

Komentar untuk ihateindon.blogspot.com

Secara kebetulan saya membaca sebuah 'blog ihateindon.blogspot.com' yang isinya penuh hujatan, cacimaki, cemoohan dan hinaan terhadap bangsa Indonesia. Tulisan itu menandakan bahwa hati penulisnya penuh dendam kesumat yang sangat mendalam dan parah terhadap bangsa kita. Waktu ditelusuri profil penulisnya, dia memasang gambar bung Karno dengan seragam panglima tertinggi ABRI. Jadi dia mengatas namakan mantan presiden pertama RI, tapi tanpa mencantumkan nama aslinya. Jadi pengecut juga dia, alias 'coward' atau hanya termasuk kategori 'chicken'. Ngakunya sih Konsultan, konsultan apa yaa ?

Dari pengakuan umurnya, 62 tahun, jadi kelahiran 1946. Waktu bung Karno melakukan politik konfrontasi terhadap Malaysia 'bikinan neokolonialis Inggris' waktu itu, dia sedang abg meningkat remaja. Jadi pantas semangat mudanya merasa terusik dengan yel-yel anti malaysia, yang diantaranya sangat pedas seperti:"Ganyang Malaysia begundal dan boneka Inggris", atau "Malaysia and neocolonialist go to hell !" dan mencapai klimaks dengan perintah Dwikora.
Maka tidak tanggung-tanggung dia pasang gambar bung Karno sebagai profilnya seolah-olah dia ingin menggambarkan bung besar kita yang mencerca keterpurukan bangsa Indonesia dimasa kini.

Saya pernah membaca beberapa artikel yang bersifat sejenis di surat-surat kabar, tapi dengan nama pengarang yang jelas, menggambarkan kekecewaan (roh?) Bung Karno diakhirat sana menyaksikan kondisi politik dan kondisi keterpurukan bangsa menjadi 'bangsa tempe" yang lemah dan bermental peminta-minta seperti sekarang ini. Sebab dimasa hidupnya sejak dulu beliau benci dan amit-amit sekali terhadap kondisi bangsa seperti itu !

Sepintas saya tersinggung juga oleh tulisan di blog itu tapi kenyataan masa kini di tanah air, selama bangsa kita penuh terjangkit euphoria, memang sedang mengalami sakit parah seperti dipaparkan pada blog tersebut !

Kepada penulis yang mungkin berkebangsaan malingsia dari bahasa melayu yang dia pakai, saya hanya mau mengomentari tentang 'indon bangsa yang bodoh':
  • Negeri kamu tidak akan maju seperti sekarang ini bila tidak ada tki yang membangun gedung dan perumahanmu.
  • Negeri kamu tidak akan semaju sekarang bila tidak ada tki yang menggarap perkebunan dan pertanian dinegrimu.
  • Sekarang pembangunan pabrik pesawat terbang dinegerimu, 70 % akhlinya terdiri dari 'bangsa indon yang bodoh!'.

Hujatan dan cercaan sebaiknya kita jadikan pemecut untuk kita bangkit kembali menjadi bangsa yang berjati diri mandiri, menjaga persatuan dan kesatuan, tabah dan berani berjuang dalam membangun untuk menyejahterakan seluruh rakyat secara berkeadilan !

Kamis, 14 Februari 2008

Kelestarian Lingkungan

Adanya kementrian negara lingkungan hidup pada tahap-tahap akhir pemerintahan 'orde baru', membuat masyarakat Indonesia sadar lingkungan dan kelestarian alam. Ditunjang kemudian oleh berdirinya LSM terkait seperti WALHI segera merespons dan mencoba mencegah pembabatan hutan untuk berladang dan berkebun yang biasa dilakukan petani tradisional pada musim tanam setiap tahun. Tapi selanjutnya, pemerintah orde baru secara kontroversial telah memberi kph dan kesempatan pada kroni-kroninya untuk melakukan deforestasi secara besar-besaran. Rencana penanaman kembali dengan dananya memang diusulkan dan disetujui, tapi pelaksanaan dilapangan hanyalah fiktip dan akal-akalan. Sehingga kerusakan hutan tropis negeri tercinta ini menjadi tidak terperikan !

Demikian pula dibidang pertambangan, kesadaran masyarakat terhahadap pencemaran lingkungan sekitar, terutama manusia maupun fauna dan flora sudah sangat baik. Karena mereka tahu pada pertambangan tertentu harus digunakan reagens kimia yang berbahaya, seperti air raksa dan senyawa sianida. Sehingga perusahaan yang sudah beroperasi sejak 'voor de oorlog' seperti Tambang Mas Cikotok di era akhir operasinya, sempat tidak luput dari protes masyarakat setempat karena dianggap membahayakan. Padahal sudah semenjak tahun 1939 perusahaan tersebut telah menggunakan proses cyanidasi tanpa ada dampak negatip terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya.

Paberik-pabrik yang praktek operasinya menghasilkan limbah berbahaya diawasi dengan ketat, terutama yang keberadaannya dikota atau dekat dengan pemukiman penduduk.

Semuanya harus membuat dan mengadakan analisa dampak lingkungan, dan berdasarkan itu upaya pencegahannya harus dilakukan dengan cermat. Tapi, pada pelaksanaannya dapat juga menyimpang dengan pemberian 'uang suap' pada oknum birokrasi terkait.

Di 'era reformasi' seperti telah dipaparkan sebelumnya, euphoria telah merubah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan secara diametral berlawanan. Misalnya, pembabatan hutan di daerah-daerah semakin merajalela, karena masyarakat bersemboyan "daripada dibabat orang Pusat, lebih baik kita babat untuk kita". Mereka menggunduli bukit-bukit dan bagian besar dari gunung-gunung disekitar mereka.
Pertambangan secara liar dilakukan masyarakat lokal dengan semboyan yang sama. Terjadi penggalian mulai dari bahan bangunan seperti pasir-batu gunung- batu kapur, sampai ke batubara dan bahan galian berharga lainnya. Terutama emas dilakukan hampir disepanjang sungai-sungai yang menunjukan keberadaannya, tanpa atau dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya. Dilakukan dengan sembarangan tanpa memperhatikan 'safety'/keamanan dan dampak lingkungan.

Tidak usah tunggu waktu yang lama, dampaknya telah sama-sama kita rasakan sekarang juga !
Yaitu banjir dan longsor dimusim penghujan ini. Dan tunggu di musim kemarau yang akan datang akan kesulitan karena tiadanya air, tanah kering kerontang sampai retak-retak.
Kedua kondisi tersebut akan berdampak paceklik yang berkepanjangan dan rakyat yang telah miskin akan lebih miskin lagi, penderitaan akan semakin nista ! Karena kurang gizi dan kelaparan, daya tahan tubuh menjadi minim timbul berbagai penyakit dimana-mana...!

Respons dan reaksi dari para cendikiawan dan LSM terkait kadang agak berlebihan pula, mereka seakan-akan ' menabukan' proyek-proyek yang berdampak terhadap kelestarian lingkungan, seperti kehutanan dan pertambangan termasuk terakhir pada pltn/pembangunan listrik tenaga nuklir. Seyogianya kita 'menabukan' proyek tidak berdasarkan dampak lingkungan thok, karena teknologi pencegahan dampak tersebut pasti sudah ada atau dapat diadakan. Negara-negara maju tidak akan maju seperti sekarang, jika mereka tidak berani menghadapi risiko dampak lingkungan proyek-proyeknya diawal pembangunannya.

Kecuali kalau kita memakai 'sistim prioritas' dalam mengelola konservasi sumber daya alam, misalnya mendahulukan pertanian/perkebunan/kehutanan/perikanan/kelautan yaitu sumber yang sifatnya 'perpetual' dapat diganti secara berkelanjutan. Baru dikemudian hari dilakukan pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak langgeng seperti bahan galian/minyak gas bumi. Itu akan lebih bersifat strategis !

Senin, 04 Februari 2008

Minggu, 03 Februari 2008

INABANGKIT Euphoria Abstract

More than 3 (three) decades (1966-1998), the so called 'new era' under Suharto's regime was so oppressive militairistic with full of sadism against human rights of most Indonesian people, especially those who were standing on the opposite side of the governmental policies. Massacres at the start up of the regime followed by kidnapping and dismissal of disliked persons, throwing into prison and jail without court and finally ' discrimination or economic embargo' against their families was just means of slowly killing for them.
The 'country constructions' have been carried out by foreign financial debts 4-5 milliars US$ annually, with 30-40 % lost annualy by collution, corruptions and nepotism popularly called KKN. Opened a deep gap between the haves/minority richest and the mayority poors and affecting social jealouzies among the peoples. Nomore feeling of togetherness among them and government authorities. This condition was more significantly worse by regional economic crisis beginning year 1996 up to now. Unemployment increased because of escapadous cronies ( mostly bankers, enterpreneurs) taking all their money capitals (BLBI credits) out and deposited abroad.
Prices included of important principal daily commodities were flying very high, not to be reached by peoples whose living standard/purchasing power was already dropped down. Many of them became frustation and compensated themselves by drinking alcoholic and using narcotic drugs ! This of course increasing criminal intensities like stealing and robberies, sexual harrasments and rapes and other bad habits.
All stated above were reasons for students, suported by the whole people, to organize 'people power' for tipple out Suharto regime and his 'new era'/orde baru. This reached a climax on May 21, 1998 when Suharto resigned and requested BJ. Habibi as his successor according to 1945 Konstitution.
It was reasonable also that spontaneously after the fall of the regime the peoples strongly influenced by euphoriarism and requested reformation almost in 'all fields of life' which commensurate with human rights ! Suharto's "new era" was then changed by "reformation era", the era of 'no day without demonstration' !