Minggu, 20 April 2008

Rakyat, Pandai Pandai Memilih !

Berkat liberalisme politik di 'era reformasi', hampir setiap akhir periode jabatan anggota DPR/MPR dan presiden/wakil presiden, menjamurlah pembentukan beragam partai baru. Untuk mendapatkan simpati dan pendukung, kebanyakan dari partai mengatasnamakan dan bertujuan membela dan menyejahterakan 'rakyat'.
Tapi kalau kita telusuri, pendirinya terdiri dari orang-orang yang sudah rakyat ketahui sepak terjang dan keberpihakannya. Mereka hanyalah orang-orang oportunis, pencari kesempatan, yang hanya akan mementingkan kelompoknya sendiri.

Sebagai contoh asal partainya sama, 'partai golkar', tapi personifikasi yang tidak kebagian porsi atau dipeti-eskan mendirikan partai baru 'partai hati nurani rakyat' dan akhir-akhir ini 'partai kerakyatan nasional'. Rakyat rata-rata sudah tahu siapa Wiranto dan siapa Harmoko.

Ada juga partai berkepemimpinan ganda karena personifikasi pimpinan sangat berambisi, lalu berebutan korsi dan porsi. Seperti sedang terjadi di 'partai kebangkitan bangsa' antara Gus Dur yang masih berambisi ikut pilpres dan Muhaimin sang keponakan yang sudah berpikiran maju.
Bukanlah Gus Dur kalau tidak ceplas-ceplos, yang mengatakan dengan enaknya bahwa Muhaimin hanya diperalat. Waktu ditanya diperalat oleh siapa ? Dia menjawab "oleh SBY...!" Jadi bagaimana kalau dia jadi presiden lagi ? Akan lebih heboh dari dulu, bukan ? Karena sekarang rakyat akan lebih pusing memperhatikan dia sambil harus ngantri sembako dan minyak !

Pilkada dibeberapa tempat seperti Makassar dan Malut ricuh karena ambisi pasangan calon , dari Golkar, telah mengalahkan rasa sportivitas dan toleransi. Pilkada Jabar dan Sumut patut diacungi jempol. Kedua daerah membuktikan bahwa Golkar tidak harus selalu menang seperti di waktu-waktu dulu.
Melihat kemenangan PKS dibeberapa pilkada, timbul isu Golkar ingin berkolaborasi dengan PKS di pemilu 2009 mendatang. Bapak Nurwahid telah dengan bijaksana menghindari isu tersebut.

Tidak ada komentar: